Jumat, 30 Maret 2018

Teman Hidup [1]

Because Good Music Can be So Hard To Find (Maroon Five)


Postingan ke -2. Sejujurnya ini agak maksa, tapi ya sudahlah ya. Katanya Dua itu identik sama sepasang, Satu yang ditemani oleh satu yang lainnya, berpasangan. Jadi postingan ke-dua ini mari membahas tentang pasangan. Pasangan hidup tentunya. Seminggu ini lagi banyak yang curhat tentang ini sih, jadi ga maksa-maksa banget lah. :P
Mungkin tulisan ini bukan tulisan yang bisa dipercaya karena penulisnya bukanlah orang yang sudah ada pada titik mengalami pernikahan tahan uji yang ingin berbagi cerita keberhasilannya. Tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii setidaknya jumat ini ada hal yang bisa ditulis, dan kebuntuan ide itu akhirnya diruntuhkan oleh angka “DUA” (tetep maksa :p). Tapi tetap saja, menuliskan tentang hal ini cukup sulit, terlalu banyak teori dan cerita pengalaman yang akhirnya membuat saya semakin [tidak] mengerti. Tapi yang saya yakini adalah, “Pernikahan merupakan sebuah mujizat, maka pernikahan sejatinya tidak bisa dipaparkan dalam sebuah logika entah untuk memulainya atau menjalaninya, yang dibutuhkan hanyalah kerendahan hati manusia mempercayakan kuasa Tuhan mempersatukan dua manusia dalam ikatan suci pernikahan, yang hanya dipisahkan oleh maut, masing-masing pasti punya cerita uniknya sendiri.” Demikianlah teori ke-soktahuan saya.
Walaupun belum mengalami, tapi saya cukup beruntung pernah terlibat dalam proses beberapa pasangan dengan segala macam ceritanya sampai akhirnya menikah dan boleh sedikit mendengar tentang warna-warni hidup pernikahan mereka, sampai saya memahami bahwa “Sehebat apapun sebuah pernikahan, seharmonis apapun mereka, pasti ada satu waktu yang pernah mereka alami sampai harus berkata 'kok bisa aku mau nikah sama orang kayak begini?', 'aku nyesel nikah sama dia!', dan lain sebagainya.” Tapi mungkin itu hanya salah satu warna yang mengisi kehidupan pernikahan, karena tentu saja menyatukan 2 pribadi yang berbeda bukanlah hal yang mudah. Ujian dan tempaan datang untuk membentuk masing-masing pribadi yang tidak sempurna itu menjadi lebih indah bahkan menjadi semakin dekat ketika mereka mau berjuang bersama. Jadi inget sama teori : “Kebanyakan orang yang senasib itu jadi lebih kompak, makanya ospek seringnya bikin satu angkatan lebih kompak, karena mereka senasib, berjuang untuk hal yang sama dan bekerja sama”. Jadi bisa aja sebenarnya yang membuat sebuah pasangan menjadi teladan dan harmonis bukan karena mereka sudah menjadi yang terbaik versi mereka, dipersatukan dan bahagia selamanya, seolah-olah karena mereka sudah baik lalu masalah pun menjadi tidak ada. Tapi mereka benar-benar menjadi pasangan 'senasib' yang bekerja sama berjuang melewati tantangan-tantangan yang harus dilewati.
Entah kenapa setiap kali teman mau menikah, saya selalu penasaran untuk menanyakan “Kamu yakin?”, bahkan sampai pernah memohon supaya teman saya untuk sejujurnya mengaku “Yakin atau ragu?, pliiiiiiisssss simpen dulu cinta kamu sebentar untuk berpikir jernih, YAKIN?” hahhahaha
Karena berdasarkan pengalaman, cinta seringnya menutupi banyak hal yang membuat kita (mungkin) jadi salah ambil keputusan:
  • Saya pernah ada dalam posisi merasa memiliki perbedaan pandangan, tapi kompromi karena merasa punya kesukaan yang sama (musik, film, bacaan, dll yang kebanyakan ga penting :p)
  • Saya pernah ada dalam posisi merasa punya mimpi yang berbeda, tapi kompromi karena merasa, yang penting bukan dimana, mengerjakan apa? tapi yang penting dengan siapanya?, (ya dengan kamu -_-) --> udah tobat :p
  • Saya pernah ada dalam posisi merasa punya iman (bukan agama) yang berbeda, tapi kompromi karena dia punya hati yang baik
  • Saya pernah ada dalam posisi punya banyak sekali perbedaan prinsip, tapi kompromi karena lebih sering menutup mata dan mengabaikan perbedaan itu dan memilih melakukan dan membahas yang membuat happy saja
  • Dan parahnya, saya pernah dalam posisi merasa dia menjadi tidak baik karena saya tidak memberikan support, dan merasa bertanggung jawab untuk memberikan dukungan kepada orang yang dengan sadar saya tau 'tidak baik' -_-
  • Daaaaaaaannnnn banyak lagi hal yang saya yakin sering tidak masuk akal tapi sering diabaikan, dikompromikan karena alasan 'sayang' -_-
    Sampai akhirnya dengan kuasa Tuhan kami dipisahkan, sebagai jawaban doa dari keraguan saya beberapa bulan terakhir setelah menjalani 5 tahun namun tidak berani mengakhirinya :p, Dengan kuasa Tuhan juga untuk case lainnya Tuhan menganugerahkan keberanian berpikir jernih dan tersadar bahwa relasi ini salah, dan mengakhirinya dengan penuh keyakinan dan mengabaikan sejenak apa yang orang sering sebut sebagai 'sayang' lalu berbuahkan rasa syukur dan bangga pada diri sendiri karena pernah mampu punya akal sehat ketika dalam kondisi 'jarang bisa berpikir pakai akal sehat' :p (lebay, padahal pernah galau-galau juga). Dari situ saya belajar bahwa sebetulnya ketika kita mengalami keraguan yang malah membuahkan kompromi yang berpusat pada diri sendiri (bukan Tuhan), itu adalah tanda bahwa kita tidak boleh ambil keputusan menikah.
Jadi saya selalu percaya, Tuhan tidak mungkin tidak menuntun kita, saya percaya jika memang ada pernikahan yang 'gagal', tentu Tuhan sudah mengingatkan dari awal. Tapi sekalipun pernikahan itu tetap berlangsung, setidaknya pertanyaan memaksa dari saya tentang yakin atau tidak kepada teman saya itu bisa menjadi pengingat bahwa 'Mereka pernah sangat yakin dengan pilihan mereka, jadi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan suatu hari maka mereka harus bertanggung jawab untuk berjuang mempertahankannya karena itulah keyakinan mereka dari awal, tidak boleh menyalahkan siapapun apalagi Tuhan. Itu yang kalian yakini, berjuanglah!
Hmmmmmmmm ceritanya agak berat yaaa, tapi lagi-lagi karena pernikahan adalah mujizat, cerita setiap orang berbeda, yang sama adalah 'perlu kuasa Tuhan' yang menjadi satu-satunya andalan, entah untuk mempertemukan bahkan mempersatukan dan juga dalam memeliharanya agar tetap utuh. Tapi jangan lupa juga dengan bagiannya (respon) kita sebagai manusia, nah soal ini lanjut di jumat depan aja ya.. *.<

Jumat, 23 Maret 2018

Hi...!

Taruli Septriani Hutapea


Aku adalah saya . :)

Alamat blog saya myfriday18.blogspot.co.id (akhirnya). Memikirkan nama yang pas ini cukup menunda untuk membuat blog selama bertahun-tahun. Padahal akhirnya namanya pun ditemukan cuma beberapa detik setiap kali gagal karena tidak sesuai dengan aturan blogspot atau sudah ada yang pakai. Sampai akhirnya myfriday18 ini diijinkan untuk dimiliki oleh saya. Kegagalan yang membuahkan kebahagiaan. Nama yang sudah dipikirkan bertahun-tahun, gagal terus menerus dan akhirnya jatuh pada nama myfriday18 yang ternyata bisa punya arti khusus yang indah buat saya pribadi, dan bisa dijadikan satu konsep supaya menjadikan blog ini punya keunikan sendiri, dan sekaligus mengajarkan kedisiplinan buat saya. Jadi ketika kamu merasa gagal, jangan bilang lagi kamu gagal, tapi katakan sama diri sendiri 'Aku masih mencari', karena ternyata itu bukan gagal. Gagal itu hanya ketika kita tidak punya kesempatan lagi. :p

Cukup punya arti buat saya karena saya suka yang unik dan juga jadi sarana untuk belajar disiplin, Rencananya tulisan akan selalu di posting hanya di setiap hari jumat. Sebagai pemula saya harus mencoba disipilin untuk meninggalkan satu jejak di setiap hari jumatnya. Seperti hari ini. Postingan pertama, sekedar untuk menyapa dan memperkenalkan  diri.

Kenapa  jumat begitu spesial? Karena Jumat adalah hari kelahiran saya. :) Sebagai penyuka sesuatu yang spesifik, buat saya hari kelahiran adalah salah satu hal spesifik yang paling spesial dalam hidup saya. Bukan karena hari ini dinantikan oleh orang tua dan keluarga, tapi juga menyadari bahwa banyak hal spesial yang terjadi di sepanjang hidup saya tentu dimulai ketika saya benar-benar ada ditengah-tengah dunia, yaitu pada saat saya dilahirkan. Ketika masih di kandungan, semua orang terdekat tau kalau saya akan dilahirkan, tapi kapan? Tanggal berapa? hanya Tuhan yang tau (Spesial kan?) Itulah kenapa Jumat dan 18 menjadi spesial buat saya.

Semua perjalanan yang indah itu tentu diawali dengan hari pertama, seperti hari kelahiran kita. Hari kelahiran juga mengajarkan kita bahwa tidak ada awal yang mudah, atau sering kita berkata 'memulai itu sulit', tapi percayalah bahwa tidak selamanya kita ada di titik awal, kita akan terus bertumbuh dalam pemeliharaan sempurna sang Pencipta. Titik awal itu pada akhirnya akan berlalu, waktunya terbatas namun menjadi sangat berarti karena tidak mungkin ada saya hari ini jika saya tidak pernah dilahirkan. Tidak mungkin sebuah kebaikan tercipta jika tidak dimulai dengan niat yang baik. Titik awal itu waktunya terbatas namun memiliki dampak yang hebat. Betapa spesialnya dia bukan? Jadi saya juga mau membuat jumat saya semakin spesial dengan selalu meninggalkan jejak dalam blog ini, entah sesuatu yang terlintas dalam pikiran atau yang menyentuh perasaan. :)

Salam kenal! Selamat hari jumat!