![]() | |||
| Because Good Music Can be So Hard To Find (Maroon Five) |
Postingan ke -2. Sejujurnya ini agak maksa, tapi ya sudahlah ya. Katanya Dua itu identik sama sepasang, Satu yang ditemani oleh satu yang lainnya, berpasangan. Jadi postingan ke-dua ini mari membahas tentang pasangan. Pasangan hidup tentunya. Seminggu ini lagi banyak yang curhat tentang ini sih, jadi ga maksa-maksa banget lah. :P
Mungkin
tulisan ini bukan tulisan yang bisa dipercaya karena penulisnya
bukanlah orang yang sudah ada pada titik mengalami pernikahan tahan
uji yang ingin berbagi cerita keberhasilannya.
Tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii setidaknya jumat ini ada hal yang bisa
ditulis, dan kebuntuan ide itu akhirnya diruntuhkan oleh angka “DUA”
(tetep maksa :p). Tapi tetap saja, menuliskan tentang hal ini cukup
sulit, terlalu banyak teori dan cerita pengalaman yang akhirnya
membuat saya semakin [tidak] mengerti. Tapi yang saya yakini adalah,
“Pernikahan merupakan sebuah mujizat, maka pernikahan sejatinya
tidak bisa dipaparkan dalam sebuah logika entah untuk memulainya atau
menjalaninya, yang dibutuhkan hanyalah kerendahan hati manusia
mempercayakan kuasa Tuhan mempersatukan dua manusia dalam ikatan
suci pernikahan, yang hanya dipisahkan oleh maut, masing-masing pasti
punya cerita uniknya sendiri.” Demikianlah teori ke-soktahuan saya.
Walaupun
belum mengalami, tapi saya cukup beruntung pernah terlibat dalam
proses beberapa pasangan dengan segala macam ceritanya sampai
akhirnya menikah dan boleh sedikit mendengar tentang warna-warni
hidup pernikahan mereka, sampai saya memahami bahwa “Sehebat apapun
sebuah pernikahan, seharmonis apapun mereka, pasti ada satu waktu
yang pernah mereka alami sampai harus berkata 'kok bisa aku mau nikah
sama orang kayak begini?', 'aku nyesel nikah sama dia!', dan lain
sebagainya.” Tapi mungkin itu hanya salah satu warna yang mengisi
kehidupan pernikahan, karena tentu saja menyatukan 2 pribadi yang
berbeda bukanlah hal yang mudah. Ujian dan tempaan datang untuk
membentuk masing-masing pribadi yang tidak sempurna itu menjadi lebih
indah bahkan menjadi semakin dekat ketika mereka mau berjuang
bersama. Jadi inget sama teori : “Kebanyakan orang yang senasib itu
jadi lebih kompak, makanya ospek seringnya bikin satu angkatan lebih
kompak, karena mereka senasib, berjuang untuk hal yang sama dan
bekerja sama”. Jadi bisa aja sebenarnya yang membuat sebuah
pasangan menjadi teladan dan harmonis bukan karena mereka sudah
menjadi yang terbaik versi mereka, dipersatukan dan bahagia
selamanya, seolah-olah karena mereka sudah baik lalu masalah pun menjadi tidak ada. Tapi mereka benar-benar menjadi pasangan 'senasib' yang
bekerja sama berjuang melewati tantangan-tantangan yang harus
dilewati.
Entah
kenapa setiap kali teman mau menikah, saya selalu penasaran untuk
menanyakan “Kamu yakin?”, bahkan sampai pernah memohon supaya
teman saya untuk sejujurnya mengaku “Yakin atau ragu?,
pliiiiiiisssss simpen dulu cinta kamu sebentar untuk berpikir jernih,
YAKIN?” hahhahaha
Karena
berdasarkan pengalaman, cinta seringnya menutupi banyak hal yang
membuat kita (mungkin) jadi salah ambil keputusan:
- Saya pernah ada dalam posisi merasa memiliki perbedaan pandangan, tapi kompromi karena merasa punya kesukaan yang sama (musik, film, bacaan, dll yang kebanyakan ga penting :p)
- Saya pernah ada dalam posisi merasa punya mimpi yang berbeda, tapi kompromi karena merasa, yang penting bukan dimana, mengerjakan apa? tapi yang penting dengan siapanya?, (ya dengan kamu -_-) --> udah tobat :p
- Saya pernah ada dalam posisi merasa punya iman (bukan agama) yang berbeda, tapi kompromi karena dia punya hati yang baik
- Saya pernah ada dalam posisi punya banyak sekali perbedaan prinsip, tapi kompromi karena lebih sering menutup mata dan mengabaikan perbedaan itu dan memilih melakukan dan membahas yang membuat happy saja
- Dan parahnya, saya pernah dalam posisi merasa dia menjadi tidak baik karena saya tidak memberikan support, dan merasa bertanggung jawab untuk memberikan dukungan kepada orang yang dengan sadar saya tau 'tidak baik' -_-
- Daaaaaaaannnnn banyak lagi hal yang saya yakin sering tidak masuk akal tapi sering diabaikan, dikompromikan karena alasan 'sayang' -_-Sampai akhirnya dengan kuasa Tuhan kami dipisahkan, sebagai jawaban doa dari keraguan saya beberapa bulan terakhir setelah menjalani 5 tahun namun tidak berani mengakhirinya :p, Dengan kuasa Tuhan juga untuk case lainnya Tuhan menganugerahkan keberanian berpikir jernih dan tersadar bahwa relasi ini salah, dan mengakhirinya dengan penuh keyakinan dan mengabaikan sejenak apa yang orang sering sebut sebagai 'sayang' lalu berbuahkan rasa syukur dan bangga pada diri sendiri karena pernah mampu punya akal sehat ketika dalam kondisi 'jarang bisa berpikir pakai akal sehat' :p (lebay, padahal pernah galau-galau juga). Dari situ saya belajar bahwa sebetulnya ketika kita mengalami keraguan yang malah membuahkan kompromi yang berpusat pada diri sendiri (bukan Tuhan), itu adalah tanda bahwa kita tidak boleh ambil keputusan menikah.
Jadi
saya selalu percaya, Tuhan tidak mungkin tidak menuntun kita, saya
percaya jika memang ada pernikahan yang 'gagal', tentu Tuhan sudah
mengingatkan dari awal. Tapi sekalipun pernikahan itu tetap
berlangsung, setidaknya pertanyaan memaksa dari saya tentang yakin
atau tidak kepada teman saya itu bisa menjadi pengingat bahwa 'Mereka
pernah sangat yakin dengan pilihan mereka, jadi jika terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan suatu hari maka mereka harus bertanggung jawab
untuk berjuang mempertahankannya karena itulah keyakinan mereka dari
awal, tidak boleh menyalahkan siapapun apalagi Tuhan. Itu yang kalian
yakini, berjuanglah!
Hmmmmmmmm
ceritanya agak berat yaaa, tapi lagi-lagi karena pernikahan adalah
mujizat, cerita setiap orang berbeda, yang sama adalah 'perlu kuasa
Tuhan' yang menjadi satu-satunya andalan, entah untuk mempertemukan
bahkan mempersatukan dan juga dalam memeliharanya agar tetap utuh.
Tapi jangan lupa juga dengan bagiannya (respon) kita sebagai manusia, nah soal
ini lanjut di jumat depan aja ya.. *.<

Blog yg bagus Miss Ulu, bisa buat pandangan, hmm dibuat sebuah cerita bak novel series berkesinambungan oke banget Lo Miss, pakai orang ke-3 ceritanya, ada tokoh2 gtu, sepertinya seru Miss ��
BalasHapusWahhh makasih masukannya, maunya sih bikin cerber gitu ya.. ahh semoga bisa 😀
Hapus